Dunia kesehatan Amerika Serikat melakukan sebuah revolusi dengan merekayasa transplantasi jaringan babi secara genetik untuk mengatasi ancaman penyakit pada manusia. Pada percobaan, jaringan dari daging babi diambil secara khusus untuk membantu penderita diabetes, penyakit otak dan kebutaan.
Namun, para ahli dari Inggris menantang penemuan tersebut dan mengkhawatirkan aspek keamanan dari percobaan ini. Kekhawatirannya adalah, retrovirus dapat berpindah dari babi ke manusia dan memicu sebuah pandemik baru dan infeksi khusus seperti HIV.
Para ahli dari Institut Transplantasi Thomas Starzl, Universitas Pittsburgh, Pennsylvania, Amerika Serikat menyatakan bahwa mereka berhasil membuat langkah besar yakni xenotransplantasi atau menggunakan jaringan dan organ hewan untuk mengganti jaringan atau organ manusia.
Sebelum ini, pada pertengahan 1990-an, Imutran, perusahaan bioteknologi di Cambridge, mengklaim menjadi perusahan pertama di dunia yang sukses memindahkan hati babi ke monyet dan memungkinkan transpalansi silang khusus.
Bagaimanapun, sistem kekebalan menjadi sebuah masalah yang menyulitkan, melebihi harapan keamanan dan besarnya kekhawatiran akan hal tersebut. Meski memungkinkan, masalah tetap muncul, termasuk hilangnya sel yang ditransplantasikan, pembekuan darah dan masalah penolakan lainnya.
Tetapi kini peneliti mengklaim, rekayasa genetika babi yang dapat mengatasi masalah ini akan segera tersedia dan membuat percobaan transplantasi hewan ke manusia menjadi semakin ‘dekat’. Ilmuwan Amerika Serikat yang mengabaikan kekhawatiran dari retrovirus menyatakan, tidak ada risiko besar.
Pernyataan itu ditentang oleh Robin Weiss, profesor virologi Universitas College,London, yang juga ahli retrovirus. “Dibutuhkan monitoring yang ketat kepada pasien untuk menjamin pasien tidak terkena sesuatu dari babi,” ujarnya.