Disuatu siang yang tidak begitu terik, kami berdua sampai di sebuah rumah sederhana yang cukup untuk menampung kami. Sesampainya dirumah itu, dia langsung mengetuk, lebih tepatnya menggedor pintu rumah itu sebanyak tiga kali. Betapa terkejutnya kami ketika pintu rumah itu terbuka. ada seorang bidadari yang jatuh dari surga dihadapan kami. Sang bidadari itu mengajak kami ke sebuah restoran sederhana di sekitar rumah itu (Yamien 88). Sang Bidadari memesankan kami semangkuk Yamien + Pangsit, dan segelas es teh manis. Ternyata sang bidadari itu tahu kalau kami sedang kelaparan. Sang bidadari bercerita kalau di khayangan, ketika para bidadari dan bidadara sedang lapar, merekan makan mie instan (Indomie). Kami berdua hanya manggut-manggut. Ketika Yamien dan Es Teh datang, kami langsung melahapnya tanpa henti.
Selesai makan, bidadari bertanya, "Apakah kalian sudah kenyang?" Kami berdua hanya menggeleng. "Mau ikut makan Indomie di khayangan?" tanya bidadari itu selanjutnya. "Boleh." kami berdua menjawab serempak. Kami pun pergi ke rumah sederhana tadi. Kata sang bidadari itulah istananya. Itu adalah bagian dari khayangan. Betapa senangnya kami mengetahui rumah yang sering kami kunjungi itu adalah istana. Ketika kami masuk sudah terhidang tiga mangkuk Indomie rebus. Dua mangkuk rasa Ayam Bawang dan satunya lagi rasa Kari Ayam. "Mari makan." Kata sang Bidadari. Kami hanya terdiam. Namun ketika melihat Sang Bidadari makan dengan lahap, kami pun mengikutinya makan. Ternyata rasanya enak sekali. Berbeda dengan Indomie yang biasa kami makan. Katanya itu resep kerajaan.
Waktu demi waktu berlalu. Indomie kami pun habis. Tentunya punya Sang bidadari sudah habis duluan. "Sudah kenyang belum?" Sang Bidadari bertanya. "Sudah." Jawabku. "Aku juga sudah kenyang." Jawa dia. Ternyata memeang benar, Indomie bisa bikin kita kenyang. Apalagi dengan menggunakan resep Kerajaan Ramandha. Akhirnya kami pamit pulang karena kami sudah kenyang. Terimakasih Bidadari, terimakasih Indomie. Ini ceritaku, mana ceritamu?
0 komentar:
Posting Komentar